[Album] THE BACK HORN - Rivusukooru


THE BACK HORN - リヴスコール Rivusukooru
(2012 - Speedstar/Victor Entertainment)

Tracklist:
1. トロイメライ   Träumerei
2. シリウス   Sirius
3. シンフォニア   Sinfonia
4. グレイゾーン   Grey Zone
5. いつものドアを   Itsumo no doa wo
6. 風の詩   Kaze no uta
7. 星降る夜のビート   Hoshi furu yoru no Beat
8. 超常現象   Choujou Genshou
9. 反撃の世代   Han-geki no sedai
10. 自由   Jiyuu
11. 世界中に花束を (New Recording)   Sekai-juu ni hanataba wo
12. ラピスラズリ   Lapis lazuli
13. ミュージック   Music


THE BACK HORN adalah band rock Jepang kesukaan gw...atau tepatnya band Jepang kesukaan gw yang paling nge-rock...ya kira-kira begitu =P.  Bibit kesukaan terhadap band yang personelnya mayoritas lulusan sekolah Tokyo Visual Arts ini sudah tertanam cukup lama sejak gw dengar single "Yume no Hana" sekitar tahun 2005, namun baru benar-benar suka setelah "Wana" tahun 2007, biggest single mereka yang juga jadi lagu tema serial anime "Mobile Suit Gundam 00". Karena gw telat sukanya, yakni setelah mereka rilis 6 album, gw jadi kurang khatam sama diskografi mereka selain album kompilasi BEST THE BACK HORN yang dirilis tahun 2008. Payah ya, hehe. Tapi yang bisa gw nyatakan bahwa sepertinya THE BACK HORN belum menemukan kembali momentum yang nendang dalam mengeluarkan karya oke pasca merilis BEST. Terbukti album Pulse (2008) dan Asylum (2010) tidaklah sebaik atau semengesankan karya-karya mereka sebelumnya. Nah bagaimana dengan album yang sekarang ini?

First of all, album studio ke-9 (BEST gak dihitung) karya THE BACK HORN ini diberi judul yang dalam huruf katakana berbunyi RI-VU-SU-KO-O-RU. Nah agak masalah nih kalau coba diubah ke bahasa Inggris, karena katanya memang sengaja agar bisa diterjemahkan jadi Live Squall dan Lives Call sekaligus...tapi tetep aja gw gagal paham maksudnya =p. O well, memang sebaiknya gw merujuk versi bunyi katakana-nya saja, Rivusukooru. Deal?

Secara sound, THE BACK HORN tidak banyak berubah di sini, tetap dengan basis genre yang konon disebut post-grunge, permainan gitar Eijun Suganami masih liar, bass Koushu Okamine masih lantang, dan vokal Masashi Yamada masih keren dan kukuh. Jelas sudah tidak se-raw album-album awalnya, malah semakin rapi dan dewasa, namun masih tetap berenergi dan semakin berani bereksperimen. Yang sedikit berubah dari keseluruhan album ini adalah nuansanya yang tidak semeledak-ledak Pulse dan Asylum, dan juga tidak gloomy. Sebaliknya, meski agak lebih kalem, Rivusukooru terbilang lebih optimistis. Mungkin ada hubungannya dengan bencana tsunami yang menimpa beberapa daerah di Jepang secara dahsyat tahun 2011 lalu (drummer/bandleader Shinji Matsuda berasal dari Fukushima, salah satu provinsi yang terkena dampak langsung bencana), jadi mungkin keseluruhan album ini dibuat dengan maksud dan tujuan membangkitkan motivasi dan semangat hidup warga sana, yang tentu saja bisa digunakan untuk membangkitkan motivasi dan semangat hidup siapa pun yang mendengarnya di mana pun berada, ya 'kan? =). "Sekai-juu ni hanataba wo" mungkin adalah lagu yang "memengaruhi" isi keseluruhan album ini. Lagu ini diciptakan tak lama setelah peristiwa tsunami tersebut, tahun lalu sudah dirilis secara digital yang penjualannya disumbangkan untuk korban bencana (yang di album ini versi rekam ulang), memang sebuah lagu yang seakan hendak memeluk dan mengajak move on pendengarnya. Disajikan secara slow rock yang chorus-nya bernuansa stadium, terlebih karena sahut-sahutan semua personelnya yang seakan menggambarkan lagu ini dibuat dan dibawakan dengan kesatuan hati *aiih*. 

Tak selalu sendu, lagu pembakar semangat pun ditampilkan secara dramatis berketuk 3/4 dalam "Sirius" yang jadi single andalan sebelum merilis album ini. "Sinfonia" hadir lebih bersemangat dan bikin jejingkrakan, menjadikannya salah satu lagu favorit gw dari album ini. Tapi lagu TER-favorit gw ternyata jatuh  pada dua track terakhir: "Lapis Lazuli" yang berirama cepat dan aransemen musik dan vokalnya paling kawin dan variatif dari lagu-lagu lainnya, serta track penutup "Music" yang megah, dimainkan dengan nuansa marching band ditambah aksen gitar akustik yang menyejukkan. Lagu "Jiyuu" juga jadi salah satu highlight karena notasi yang merasuk, juga variasi permainan instrumen dan irama yang dikandungnya enerjik sejak intro. Lagu perenungan hidup "Itsumo no doa wo" ("pintu kapan saja"?) tampil nge-rock klasik ala THE BACK HORN yang banyak menyajikan tarikan emo dari vokal Yamada. Sedangkan "Hoshi furu yoru no Beat" merupakan kumpul bocah bunyi-bunyian jazz, funk, dan rock cadas pada chorus, yang (ternyata) padu dan mulus. Walaupun bukan pertama kalinya THE BACK HORN memasukkan unsur musik jazz dalam karyanya, lagu ini tetap saja jadi yang paling unik, dan paling ceria di album ini, kemunculannya selalu terasa menyegarkan.

Sisanya, gw bilang sih oke-oke saja. Gw masih bisa terima nuansa slow rock kontemplatif dalam "Kaze no Uta", ataupun lagu yang paling gelisah dengan chord-chord minornya dalam "Grey Zone", namun keberadaan track yang terlalu generik (a.k.a. udah sering dilakukan baik oleh THE BACK HORN maupun band lain a.k.a. pokoknya kenceng) seperti "Choujou Genshou" dan "Han-geki no Sedai" membuat gw reluctant untuk menyatakan bahwa gw menikmati album ini seluruhnya. Padahal dikiiit lagi gw bisa bilang "suka banget" album ini. Pun dasanya sih "Träumerei" bukan track pembuka yang oke karena kurang "merangsang", nanggung...tapi mungkin ada pertimbangan di lirik, ya mau gimana lagi.

Tetapi, overall, meski bukan yang terunggul sepanjang karir musik mereka, Rivusukooru sesungguhnya bisa dibilang album THE BACK HORN terbaik sejak album BEST. Album ini memancarkan nuansa yang lebih terang dan banyak bertitikberat pada melodi lagunya, paling enjoyable daripada dua album studio sebelum yang ini. Keliaran dan distorsi kasar memang berhasil buat mereka dulu pas awal-awal, sehingga dapat menghasilkan karya album yang lebih bagus daripada yang belakangan ini, namun sepertinya memang sound sedikit lebih jinak dan melodik seperti di sebagian besar album ini yang paling cocok buat THE BACK HORN untuk sekarang ini, asalkan energinya tetap terjaga. Namun, saat ini yang penting adalah album ini masih gagal membuat gw berhenti suka pada THE BACK HORN, Rivusukooru menunjukkan bahwa band ini masih keren dan masih punya potensi meski sudah lebih dari 10 tahun berkarir.



My score: 7/10


THE BACK HORN

Previews




"Sekai-juu ni hanataba wo"



"Sirius",  versi album dan live





"Sinfonia" versi album dan live





"Lapis Lazuli"



"Music"

Komentar